Manajemen Stres


MANAJEMEN STRES
Pada bab ini, kita menyelidiki bagaimna dan mengapa stress itu terjadi dalam organisasi dan bagaimana cara memahami dan mengendalikannya dengan lebih baik.
SIFAT STRES
1.      Stres Didefenisikan
Stress didefenisikan sebagai respon adaptif seseorang terhadap rangsangan yang menempatkan tuntutan psikologis atau fisik secara berlebihan kepada orang tersebut.
            Oleh karena kompleksitas yang mendasari defenisi ini,  kita perlu memeriksa komponen-komponen secara hati-hati. Gagasan adaptif dapat diartikan sebagai kondisi dimana orang-orang dapat beradaptasi dengan keadaan yang menimbulkan stress dengan beberapa cara.  Kedua adalah peran perangsang. Perangsang inilah yang disebut dengan stressor adalah segala sesuatu yang memicu stress, ketiga stressor  dapat bersifat psikologis atau fisik.
2.      Proses Stres
            Sebagian besar daro apa yang kita ketahui sekarang mengenai stress dapat dilacak pada karya pionir dari Dr. Hans Selye. Di antara kontribusi Selye yang paling penting adalah indetifikasinya pada sindrom adaptasi umum dan konsep eustress dan distress
Sindrom Adaptif Umum.
Sindrom Adaptif Umum (general Adaption syndrome-GAS): menurut model ini masing-masing dari kita mempunyai tingkat resistensi normal erhadap kejadian yang menimbulkan stress. Beberap dari kita dapat menoleransi stress dalam umlah besar dan yang lainnya jauh lebih sedikit, tetapi kita mempunyai ambang batas dimana stress mulai mempengaruhi kita.
            GAS dimulai ketika seseoran pertama kali menjumpai stressor.  Tahap pertama disebut dengan “peringatan”. Pada titik ini seseorang daoat merasakan panic pada derajat tertentu dan mulai bertanya –tanya mengenai cara mengatasinya atau memcahkan pertanyaan “berjuang- atau lari”. Atau dalam artian rekasi pertama ini mungkin adalah “ bagaimana mungkin saya menyelesaikan ini pada esok hari?”.
            Jika stressor sangat ekstrim, orang tersebut mungkin tidak dapat mengatasinya.  Namun pada sebagian besar kasus, individu mengumpulkan kekuatannya ( fisik atau emosional) dan mulai menolak pengaruh negative dari stressor.
3.      Distress dan Eutress
Selye juga menunjukkan bahwa sumber stress tidaklah selalu buruk. Selye menyebut stress ini  sebagai eustress. Eutres adalah stress menyenagkan yang menyertai kejadian-kejadian positif. Tentu saja terdapat juga stress yang membawa pengaruh negative yang disebut dengan Distress. Distress adalah stress yang tidak menyenangkan yang menyertai kejadian-kejadian negative.
PERBEDAAN INDIVIDUAL DAN STRES
            Kita telah menyinggung fakta bahwa stress dapat memengaruhi orang berbeda dengan cara yang berbeda. Perbedaan individual yang paling dikembangkan yang berhubungan secara spesifik dengan stress adalah perbedaan antara profil kepribadian TIpe A dan Tipe B.
Profil Kepribadian Tipe A dan Tipe B
            Profil Tipe A dan Tipe B pertama kali diamati oleh dua ahli Jantung. Meyer Friedman dan Ray Rosenman. Mereka melabeli kedua pola perilaku  ini dengan tipe A dan Tipe B. Individu Tipe A yang ekstrem bersifat sangat kompetitif, sangat berdedikasi pada pekerjaan, dan mempunyai rasa urgensi waktu yang kuat. Selain itu orang ini bersifat agrsif, tidak sabar dan angat berorientasi kerja. Ia mempunyai dorongan dan motivasi besar dan ingin menyelesaikan sebanyak mungkin dalam waktu yang sesingkat mungkin.
            Individu tipe B (type B) yang ekstrem, sebaliknya kurang kompetitid, kurang berdedikasi pada pekerjaan, dan mempunyai rasa urgensi waktu yang lebih lemah. Orang ini merasa lebih sedikit konflik dengan orang atau waktu dan mempunyai pendekatan  yang lebih seimbang dan rileks terhadap kehidupan. Ia mempunyai kepercayaan diri yang lebih besar dan mampu bekerja dengan irama yang konstan.
            Friedman dan Rosenman menunjukkan bahwa sebagian besar orang tidaklah murni tipe A dan Tipe B namun orang-orang cenderung condong ke salah satu tipe. Contohnya Tipe A yang menonjol sepanjang waktu, tetapi masih mampu untuk rileks sesekali waktu dan bahkan kadang-kadang melupakan waktu.. Demikian juga, orang dengan profil Tipe B, yang bahkan paling santai, terkadang dapat sangat terobsesi untuk menghabiskan beberapa waktu pada pekerjaan.
            Penelitian awal Friedman dn Rosenman pada perbedaan Profil Tipe A dan Tipe B menghasilkan beberapa temuan yang mengkhawatirkan. Secara khusus mereka menyatakan bahwa orang –orang Tipe A jauh lebih berkemungkinan mengidap penyakit Jantung Koroner disbanding dengan orang-orang Tipe B.  Namun pada tahun terkahir penelitian lanjutan oleh ilmuwan lain telah menyatakan bahwa hubungan antara perilaku tipe A dan risiko penyakit jantung coroner tidaklah sedemikian langsung.
Ketabahan dan Optimisme
            Dua perbedaan individual penting lainnya yang berhubungan dengan stress adalah ketabahan dan optimism. Ketabahan (hardiness) adalah kemampuan seseorang untuk mengatasi stress. Orang-orang dengan berkepribadian tabah mempunyai lokus kendali internal, berkomitmen kuat terhadap kegiatan-kegiatan dalam kehidupan mereka, dan memandang perubahan sebagai kesempatan untuk maju dan tumbuh.
            Perbedaan individu yang berpotensi lainnya adalah optimism. Optimism adalah tingkat dimana seseorang  melihat kehidupan dalam hal positif dan negatif.  Secara umum, orang yang optimis cenderung  menangani stress dengan baik. Mereka akan mampu melihat karakteristik –karakteristik positif dari situasi tersebut dan mengenali bahwa segala sesuatunya  pada akhirnya akan membaik. Sebaliknya, orang-orang yang kurang optimis dapat lebih berfokus pada karakterisitk-karakteristik negative dari situasi tersebut dan memperkirakan segala sesuatunya untuk menjadi lebih buruk, bukan lebih baik.



PENYEBAB UMUM STRES
            Banyak hal dapat menyebabkan stress ada dua kategori besar penyebab stress yaitu stressor organisasi dan stressor kehidupan.
Stressor Organisasi
Stressor organisasi (organization stressor) adalah berbagai faktor di tempat kerja yang dapat menyebabkan stress. Empat rangkaian stressor organisasi adalah :
1.      Tuntutan tugas, adalah stressor yang berkaitan dengan tugas spesifik yang dilakukan oleh seseorang
2.      Tuntuta fisik, adalah stressor yang berhubungan dengan situasi fisik  pekerjaan, seperti kecukupan temperature dan pencahayaan, serta persyaratan-persyaratan fisik yang diberikan kepada karyawan.
3.      Tuntutan peran, adalah stressor yang berhubungan dengan peran yang diharapkan sehubungan dengan peran yang diharapkan untuk dimainkan oleh seseorang. Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan  sehubungan dengan posisi tertentu dalam sebuah kelompok atau organisasi. Namun terkadang tuntutan peran ini  dapat memunculkan kesalahan yang dapat memicu stress yang disebut dengan  ambiguitas peran, konflik peran dan kelebihan beban peran.
·         Ambiguitas peran (role ambiguity) muncul ketika suatu peran atau sasaran tidak jelas .
·         Konflik peran (role conflict) terjadi ketika  pesan dan petunjuk mengenai suatu peran adalah jelas, tetapi berkontradiksi atau saling ekslusif.
·         Kelebihan beban peran terjadi ketika ekspektasi terhadap peran tersebut melampaui kemampuan individual.

4.      Tuntutan Antarpersonal, adalah stressor yang berhubungan dengan tekanan kelompok, kepemimpinan, dan konflik kepribadian. Tuntutan antarpersonal terdiri atas : tekanan kelompok, kepemimpinan, dan konflik antarpersonal.
·          Tekanan kelompok meliputi tekanan untuk membatasi hasil, tekanan untuk mematuhi norma kelompok dan sebagainya.
·         Kepemimpinan meliputi  gaya kepemimpinan yang tidak sesuai yang diharapkan
·         Konflik antarpersonal  meliputi konflik kepribadian dan perilaku ketika dua atua lebih orang yang memiliki kepribadian yang berbeda harus bekerja bersama.
Stressor Kehidupan
            Stress dalam situasi organisasi juga dapat dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi diluar organisasi, stressor kehidupan dapat dikategorikan dalam hal  perubahan kehidupan dan trauma kehidupan.
Perubahan Kehidupan .
Holmes dan Rahe pertama kali mengembangkan dan mempopulerkan gagasan dan perubahan kehidupan sebagai sumber stress. Perubahan kehidupan (life change) adalah semua perubahan berarti dalam situasi pribadi atau kerja seseorang . Holmes dan Rahe berfikir bahwa perubahan besar dalam kehidupan seseorang dapat menimbulkan stress dan akhirnya penyakit. 
Trauma Kehidupan
Trauma kehidupan hamper sama dengan perubahan kehidupan, tetapi mempunyai focus yang lebih sempit. Lebih langsung dan lebih berjangka panjang. Trauma kehidupan ( life trauma) adalah semua pergolakan dalam kehidupan individu yang mengubah sifat, emosi atau perilakunya.
KONSEKUENSI DARI STRES
            Stress dapat mempunyai sejumlah konsekuensi. Seperti yang telah dijelaskan, jika stress tersebut positif, hasilnya dapat berupa energy yang lebih besar, antusiasme dan motivasi dan konsekuensi negatif dari stres. Perlu diasadari bahwa  setiap konsekuensi dikategorikan menurut area pengaruh utamanya.


Konsekuensi Individual
Konsekuensi individual dari stress adalah hasil yang terutama memengaruhi individu. Organisasi juga dapat menderita, apakah secara langsung atau tidak langsung tetapi individu tersebut yang membayar harga sebenarnya. Stress dapat menghasilkan konsekuensi keprilakuan, psikologis dan medis.
  1. Konsekuensi keperilakuan. Konsekuensi keperilakuan dari stress dapat merugikan orang yang terkena stress atau orang lain.  Contohnya merokok
  2. Konsekuensi Psikologis. Konsekuensi psikologis dari stress berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan mental seseorang. Ketika orang terlalu banyak mengalami stress di tempat kerja, mereka dapat menjadi lebih tertekan atau menjadi tidur terlalu banyak atau terlalu sedikit. Stress juga dapat menimbulkan masalah keluarga dan kesulitan seksual.
  3. Konsekuensi Medis. Konsekuensi medis dari stress memengaruhi kesejahteraan fisik seseorang. Penyakit jantung dan stroke , duan diantara penyakit lainnya  telah dihubungkan dengan stress. Masalah medis lainnya yang diakibatkan oleh stress meliputi: sakit kepala, sakit punggung, berbagai kelainan perut dan usus serta kondisi kulit sperti jerawat dan gatal-gatal.
Konsekuensi Organisasi
Dengan jelas, semua konsekuensi individual yang baru saja didiskusikan jug adapt memengaruhi organisasi. Akibatnya lainnya dari stress, bahkan mempunyai konsekuensi yang lebih langsung pada organisasi. Hal- hal ini meliputi penuruna dalam kinerja, penarikan diri dan perubahan sikap yang negative.
  1. Kinerja. Salah satu konseuensi organisasi nyata dari terlalu banyak stress adalah penurunan dalam kinerja. Bagi ekerja, penuruna seperti ini dapat diterjemahkan menjadi kualitas kerja yang buruk dan penurunan produktivitas.
  2. Penarikan diri. Perilaku menarik diri juga merupakan akibat dari stress. Bagi organisasi, dua bentuk penarikan diri yang paling signifikan adalah absensi dan berhenti. Orang yang berkesulitan mengatasi stress dalam pekerjaan mereka lebih berkemungkinan untuk menelepon dengan alasan sakit atau mempertimbangkan untuk menelepon dengan alasan sakit atau mempertimbangkan untuk meninggalkan organisasi selamanya. Stress juga dapat menghasilkan bentuk penarikan diri yang lain yang lebih halus. Karyawan mungkin menarik diri secara psikologis dengan berhenti memedulikan organisasi dan pekerjaannya .
  3. Sikap. Konsekuensi organisasi lainnya dari stress karyawan berhubungan dengan sikap.  Contohnya : orang-orang yang mudah mengeluh dengan hal-hal yang tidak penting hanya melakukan pekerjaan cukup untuk memenuhi persyaratan saja.
Kelelahan
Kelelahan, konsekuensi dar stress lainnya, mempunyai implikasi yang jelas baik bago orang-orang dan organisasi. Kelelahan (burnout) adalah perasaan umum dari keletihan yang berkembang ketika seseorang papda saat yang sam mengalamu terlalu banyak tekanan dan terlaly sedikit sumber kepuasan.
Kelelahan dapat berkembang dengan cara berikut, pertama,  Orang-orang dengan aspirasi tinggi dan motivasi kuat untuk menyelesaikan pekerjaan adalah kandidat utama untuk mengalami kelelahan dalam kondisi tertentudalam situasi seperti itu individu tersebut kemungkina menempatkan diri mereka terlalu banyak kedalam pekerjaan. Pengaruh yang paling mungkin terjadi dari situasi ini adalah stress berkepanjangan, kecapaian, frustasi dan ketidak berdayaan dibawah beban tuntutan yang berlebihan akhirnya kelelahan pun muncul
MENGELOLA STRES DI TEMPAT KERJA
            Karena stress sedemikian meluas dan sangat berpotensi mengganggu dalam organisasi. Hal ini membuat orang-orang dan organisasi harus memperhatikan cara mengelolanhny a secara lebih efektif. Beberapa strategi yang dikembangkan untuk mengelola stress  di tempat kerja, untuk individual, dan juga bagi organisasi.
Strategi Untuk Mengatasi secara Individu
Banyakk strategi untuk membantu individu mengelola stress yang telah diajukan, diantaranya:
  • Berolahraga. Olahraga adalah salah satu metode untuk mengelola stress. Orang yang berolahraga secara teratur kecil kemungkinan mengalami serangan jantung. Penelitian juga menyebutkan  bahwa orang-orang yang berolhraga secara teratur merasakan stress dan ketegangan yang lebih sedikit, lebih percaya diri, dan menunjukkan optimisme yang lebih besar.
  • Relaksasi . sebuah metode untuk mengelola stress adalah relaksasi. Relaksasi yang benar adalah cara yang efektif untuk beradaptasi. Relaksasi  dapat mengambil banyak bentuk, salah satu cara untuk rileks adalah berlibur secara teratur.
  • Manajemen waktu. Manajemen waktu sering kali direkomendasikan untuk mengelola stress. Gagasannya adalah bahwa banyak tekana harian dapat dikurangi atau  dihilangkan hika seseorang dapat mengelola waktu dengan lebih baik. Salah satu caranya  membuat daftar apa yang akan dilakukan pada hari itu dan mengelompokkan hal tersebut kedalam aktifitas kritis yang harus dilaukan, hal-hal yang sepele yang bisa ditunda.
  • Manajemen peran. Satu gagasan yang sedikit berhubungan dengan manajemen waktu adalah gagasan manajemen peran, dimana individu secara efektif bekerja untuk menghindari kelebihan beban , ambiguitas dan konflik.  Salah satu manajemen peran lainnya adalah belajar berkata “tidak” karena dalam banyak kasus berkata tidak merupakan pilihan.
  • Kelompok dukungan. Metode terakhir untuk mengelola stress adalah dengan mengembangjan dan memelihara  kelompok dukungan. Kelompok dukungan hanyalah sekelompok anggita keleuarga atau teman dengan siapa seseorang dapat menghabiskan waktu bersama. Keluarga dan teman yang suportif dapat membantu orang-orang menangani stress normal secara rutin. Kelompok dukungan, khususnya dapat berguna selama saat-saat krisis.



Strategi Untuk Mengatasi secara Organisasi
            Organisasi juga semakin menyadari bahwa mereka harus terlibat dalam mengelola stress karyawan mereka. Terdapat dua alasan untuk pandangan ini. Satu adalah karena organisasi setidaknya ikut bertanggungjawab untuk menciptakan stress tersebut sehingga organisasi harus membantu meredakannya. Alasan lainnya adlah pekerja yang mengalami tingkat stress berbahaya yang lebih rendah akan berfungsi secara efektif. Dua strategi organisasi dasar untuk membantu karyawan mengelola stress adalah program institusional dan program kolateral.
Program Institusional,
            Program institusional untuk mengelola stress dilakukan melalui mekanisme organisasi yang telah ada. Sebagai contoh : pekerjaan yang didesain dengan baik dan jadwal kerja yang baik dapat mengurangi stress. Budaya organisasi juga dapat digunakan untuk membantu dalam mengelola stress.
Program kolateral.
             Program stress kolateral adalah program organisasi yang secara khusus diciptakan untuk membantu karyawan menangani stress. Contohnya  organisasi banyak –organisasi telah mengadopsi program manajemen stress secara tidak langsung , program kesehatan dan program-program jenis lain untuk tujuan ini.
HUBUNGAN PEKERJAAN –KEHIDUPAN
Ø  Hubungan Fundamental Pekerjaan-Kehidupan
Hubungan pekerjaan –kehidupan dapt dikategorikan dalam sejumlah cara. Sebagai contoh dimensi –dimensi dasar dari bagian kehidupan seseorang dihubungkan secara spesifik dengan pekerjaan.    Dimensi-dimensi umum akan meliputi beberapa hal, seperti pekerjaan seseorang individu , sasaran karirnya, hubungan antarpersonal di tempat kerja, serta keamanan pekerjaan. Hubungan pekerjaan-kehidupan adalah hubungan antara kehidupan kerja seseorang dan kehidupan pribadi seseorang.  Sebagai contoh seseorang dengan banyak tanggungan mungkin lebh memilih pekerjaan dengan gaji tinggi, tuntutan lembur yang lebih sedikit dan lebih sedikit keharsan bepergian.
Ø  Menyeimbangkan Hubungan Pekerjaan-Kehidupan
            beberapa strategi yang dilakukan  untuk menyeimbangkan hubungan pekerjaan-kehidupan, sebagai contoh bekerja dengan sebuha perusahaan yang menawarkan jadwal kerja fleksibelmungkin merupakan pilihan yang menarik.
Individu juga harus mengenali pentingnya perspektif jangka-panjang versus jangka pendek dalam menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. Contohnya orang –orang harus merespon  sedikit lebih pada tuntutan –tuntutan pekerjaan  daripada kehidupan dalam tahun-tahun awal karir mereka . dalam pertengahan  karir, mereka mungkin dapat mencapai keseimbangan yang lebih nyaman. Dan dalam tahap karir berikutnya  mereka mampu menempatkan  dimensi kehidupan di tempat pertama, dengan menolak direlokasi, dengan bekerja dengan jam yang lebih pendek dan sebagainya.




Komentar

Post Populer

Akuntansi Komparatif : AMERIKA dan ASIA

Soal Akuntansi dan Penyelesaian

Strategi Multibisnis Pendekatan portofolio sejarah