Chapter 9 Earnings Management Part IV
I. HUBUNGAN TEORI AGENSI DAN MANAJEMEN LABA
Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (prinsipal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (prinsipal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Pemilik akan mendelegasikan tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik.
Prinsipal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraannya.Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui.Hal ini dapat memotivasi agen untuk berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada agen.
Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah jika terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Scott (1997) menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi.Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal, serta tidak mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agen.Hal ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour).
Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agen adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan prinsipal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Pemanipulasian data dalam laporan keuangan tersebut dapat berupa praktek manajemen laba (earning management). Manajemen laba merupakan proses yang dilakukan manajer dalam batasan prinsip akuntansi, yang sengaja mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi ketika manajemen lebih menggunakan judgement dalam menyusun laporan keuangan serta dalam memilih transaksi-transaksi yang dapat merubah laporan keuangan.
Penelitian Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk.(2006) menunjukkan adanya hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba.Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki sumber daya yang cukup, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer, dan hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Glosten dan Milgrow (1985) dalam Lobo dan Zhou (2001) menyatakan bahwa peningkatan informasi dalam laporan keuangan akan menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan akan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, et al. (2010). Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons.
Rankin, et al. (2012). Contemporary Issues in Accounting. Australia: John Wiley & Sons.
http://www.academia.edu/8645741/MANAJEMEN_LABA diakses tanggal 19 Desember 2015
http://ilmuakuntansi.web.id/manajemen-laba/diakses tanggal 19 Desember 2015
Penjelasan mengenai konsep manajemen laba menggunakan pendekatan teori keagenan yang terkait dengan hubungan atau kontrak diantara para anggota perusahaan, terutama hubungan antara pemilik (prinsipal) dengan manajemen (agent). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai sebuah kontrak antara satu orang atau lebih pemilik (prinsipal) yang menyewa orang lain (agent) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen. Pemilik akan mendelegasikan tanggungjawab kepada manajemen, dan manajemen setuju untuk bertindak atas perintah atau wewenang yang diberikan pemilik.
Prinsipal dan agent diasumsikan sebagai pihak-pihak yang mempunyai rasio ekonomi dan dimotivasi oleh kepentingan pribadi sehingga, walau terdapat kontrak, agent tidak akan melakukan hal yang terbaik untuk kepentingan pemilik. Hal ini disebabkan agent juga memiliki kepentingan memaksimalkan kesejahteraannya.Informasi dalam teori agensi digunakan untuk pengambilan keputusan oleh prinsipal dan agen, serta untuk mengevaluasi dan membagi hasil sesuai kontrak kerja yang telah disetujui.Hal ini dapat memotivasi agen untuk berusaha seoptimal mungkin dan menyajikan laporan akuntansi sesuai dengan harapan prinsipal sehingga dapat meningkatkan kepercayaan prinsipal kepada agen.
Dalam hubungan antara agen dan prinsipal, akan timbul masalah jika terdapat informasi yang asimetri (information asymetry). Scott (1997) menyatakan apabila beberapa pihak yang terkait dalam transaksi bisnis lebih memiliki informasi daripada pihak lainnya, maka kondisi tersebut dikatakan sebagai asimetri informasi.Asimetri informasi dapat berupa informasi yang terdistribusi dengan tidak merata diantara agen dan prinsipal, serta tidak mungkinnya prinsipal untuk mengamati secara langsung usaha yang dilakukan oleh agen.Hal ini menyebabkan agen cenderung melakukan perilaku yang tidak semestinya (disfunctional behaviour).
Salah satu disfunctional behaviour yang dilakukan agen adalah pemanipulasian data dalam laporan keuangan agar sesuai dengan harapan prinsipal meskipun laporan tersebut tidak menggambarkan kondisi perusahaan yang sebenarnya.
Pemanipulasian data dalam laporan keuangan tersebut dapat berupa praktek manajemen laba (earning management). Manajemen laba merupakan proses yang dilakukan manajer dalam batasan prinsip akuntansi, yang sengaja mengarah pada suatu tingkatan yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Manajemen laba dapat terjadi ketika manajemen lebih menggunakan judgement dalam menyusun laporan keuangan serta dalam memilih transaksi-transaksi yang dapat merubah laporan keuangan.
Penelitian Richardson (1998) dalam Rahmawati dkk.(2006) menunjukkan adanya hubungan antara asimetri informasi dengan manajemen laba.Ketika asimetri informasi tinggi, stakeholder tidak memiliki sumber daya yang cukup, atau akses atas informasi yang relevan untuk memonitor tindakan manajer, dan hal ini memberikan kesempatan atas praktek manajemen laba. Adanya asimetri informasi akan mendorong manajer untuk menyajikan informasi yang tidak sebenarnya terutama jika informasi tersebut berkaitan dengan pengukuran kinerja manajer.
Glosten dan Milgrow (1985) dalam Lobo dan Zhou (2001) menyatakan bahwa peningkatan informasi dalam laporan keuangan akan menurunkan asimetri informasi. Dengan demikian, peningkatan pengungkapan akan menyebabkan fleksibilitas manajer untuk melakukan manajemen laba akan berkurang karena berkurangnya asimetri informasi antara manajemen dengan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Godfrey, et al. (2010). Accounting Theory. Australia: John Wiley & Sons.
Rankin, et al. (2012). Contemporary Issues in Accounting. Australia: John Wiley & Sons.
http://www.academia.edu/8645741/MANAJEMEN_LABA diakses tanggal 19 Desember 2015
http://ilmuakuntansi.web.id/manajemen-laba/diakses tanggal 19 Desember 2015
Komentar
Posting Komentar